Berita
Gunakan Kecerdasan Buatan untuk Meluruskan Hoaks, Bukan Memperkuatnya
Temanggung, Katakampus.com — Kecerdasan buatan (AI) seharusnya dimanfaatkan untuk menyebarkan narasi positif dan meluruskan informasi keliru yang beredar di masyarakat, terutama di media sosial. Pesan itu disampaikan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, H. Wibowo Prasetyo, dalam kegiatan Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Berbantuan Kecerdasan Artifisial yang digelar oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama RI bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang di Hotel Indraloka, Temanggung, Sabtu (11/10/2025).
Menurut Wibowo, dosen dan mahasiswa memiliki peran penting dalam memastikan teknologi AI digunakan untuk kepentingan yang edukatif dan konstruktif. “Dosen dan mahasiswa harus menjadikan AI untuk mengedukasi masyarakat, meluruskan hoaks, dan menyebarkan informasi positif. Selain untuk kepentingan akademik dan riset, AI juga bisa digunakan untuk membangun kesadaran publik,” ujarnya.
Ia mencontohkan, beberapa waktu terakhir beredar berbagai konten digital hasil rekayasa AI, termasuk video deepfake yang disebarkan secara luas dan memicu keresahan di masyarakat. Karena itu, katanya, peran kalangan akademisi dibutuhkan untuk menyisir informasi yang salah dan membantu menjaga stabilitas sosial. “Banyaknya informasi keliru di media sosial perlu diluruskan. Ini tanggung jawab kita bersama agar Indonesia tetap aman,” kata Wibowo.
Dalam kegiatan yang sama, Wakil Rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung, Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., memaparkan strategi penulisan karya ilmiah dengan bantuan teknologi AI melalui pendekatan AI for Research (AIfoR). Ia menekankan pentingnya menempatkan AI sebagai mitra berpikir dalam proses penelitian, bukan sebagai pengganti peran peneliti manusia.
“AI harus diposisikan sebagai mitra intelektual. Peneliti tetap menjadi pengendali utama agar karya ilmiah tetap beretika, orisinal, dan bernilai akademik,” ujar Ibda. Ia menjelaskan, kecerdasan buatan dapat membantu peneliti dalam berbagai tahap, mulai dari menentukan tren riset, menulis judul dan abstrak, hingga menganalisis data serta menyusun simpulan.
Pelatihan yang berlangsung hingga tengah hari itu diikuti oleh 195 peserta yang terdiri atas dosen, peneliti, dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Kegiatan ini juga melibatkan unsur pimpinan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang sebagai panitia penyelenggara.